Sabtu, 17 April 2010

Louis Pasteur (1822-1895)


Setiap kali membuka lemari es dan mengeluarkan botol atau dos susu, kita seharusnya mengingat ilmuwan Prancis terkemuka, Louis Pasteur. Pasteur menemukan bahwa susu terasa asam karena kemasukan organisme hidup yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata. Untuk mematikan organisme ini tanpa mengubah rasa atau nilai gizi makanan, dia menemukan satu cara, yakni memanaskan makanan itu secara perlahan-lahan. Proses ini, dinamai "pasteurisasi" sebagai penghargaan bagi penemunya, hanyalah salah satu dari sekian banyak sumbangan besar Pasteur bagi umat manusia.

MASA MUDA
Louis Pasteur lahir tanggal 27 Desember 1822, di Dole, Prancis timur, sekitar 400 kilometer Tenggara Paris. Beberapa tahun kemudian, keluarga Pasteur pindah ke Arbois. Louis masuk sekolah di Arbois, tapi rapornya jelek, kecuali untuk mata pelajaran seni. Guru-gurunya mengira dia akan berhenti bersekolah dan akan bekerja di penyamakan kulit milik ayahnya. Namun, Louis sangat berhasrat menambah pengetahuannya. Seorang gurunya melihat potensi ketekunan dan ketelitiannya bekerja.

Pada usia 15 tahun, Louis pergi ke Paris untuk menyelesaikan sekolah menengah. Namun, karena dia selalu merindukan rumah, akhirnya dia pulang ke Arbois. Dia mencoba sekolah lagi, kali ini di Besancon, hanya 40 kilometer dari rumah. Di sinilah dia berhasil dan melanjutkan pendidikannya hingga memperoleh gelar BSc dari Royal College, Besancon, tahun 1842.

Louis memutuskan untuk masuk ke Ecole Normale di Paris, sekolah pendidikan guru untuk sekolah tinggi dan Universitas Prancis. Dia lulus ujian masuk tahun 1842, tapi dia tahu bahwa sebenarnya dia bisa mencapai nilai yang lebih tinggi lagi. Karena itu, dia belajar satu tahun lagi untuk meningkatkan pengetahuannya sebelum masuk Ecole Normale. (Tekad untuk selalu mencapai yang terbaik merupakan sifat yang utama.) Louis belajar ilmu kimia di Ecole Normale, dan meraih gelar MSc tabun 1845.

PENELITIAN DENGAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP
Pasteur melanjutkan pendidikannya ke tingkat doktoral di lembaga yang sama. Dia sengaja memilih masalah yang sukar sebagai bahan penelitiannya. Dia ingin menyelidiki kerumitan struktur kristal tartrat dan paratartrat serta menjelaskan perbedaan keduanya. Masalah ini membingungkan para ilmuwan besar masa itu.

Pasteur terpukau oleh kerumitan struktur kristalkristal kecil dan "menganggap keduanya sebagai bukti langsung ungkapan artistik dari Allah Sang Pencipta."[1] Dengan cermat dia mengamati kristal-kristal itu melalui mikroskop. Keseriusan dan kecermatannya mengamati hingga sedetail mungkin, membantunya menemukan apa yang terlewatkan oleh orang lain -- sebenarnya ada dua jenis kristal paratartrat yang berbeda, yang satu merupakan bayangan cermin dari yang lain. Pembawaannya yang lambat dan hati-hati, yang pada masa kanak-kanaknya dianggap sebagai pertanda ketidakmampuannya, ternyata justru merupakan salah satu asetnya yang paling besar. Dia tidak hanya mencapai gelar tinggi, tapi bahkan menjadi terkenal di antara para pakar peneliti.

Pasteur menjadi profesor ilmu kimia di Universitas Strasbourg, dan selama lima tahun mengajar dan meneliti di sana. Dia menikah dan hidup bahagia dengan keluarganya.

CABANG ILMU PENGETAHUAN BARU: MIKROBIOLOGI
Pada usia 32 tahun, Pasteur menerima tantangan yang mengubah arah penelitian dan kariernya sebagai guru. Dia diminta pergi ke Lille untuk mendirikan fakultas ilmu terapan yang akan melatih para ilmuwan menerapkan pengetahuan teori mereka dalam memecahkan masalah-masalah praktis di bidang industri dan perdagangan. Sementara kaum ilmuwan sebagian besar berorientasi ke penelitian teoretis, Pasteur mendambakan ilmu yang dicintainya dapat diterapkan, agar bisa bermanfaat bagi orang banyak. Dengan sangat gembira dia menyambut kesempatan ini.

Selama dua tahun Pasteur memantapkan fakultas ilmu terapan yang baru itu. Dia memusatkan penelitiannya pada fermentasi -- proses untuk menghasilkan alkohol dari gula, yang juga menyebabkan susu menjadi asam. Waktu itu, kebanyakan ahli kimia menduga bahwa pengasaman itu terjadi karena reaksi bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya, tapi mereka tidak dapat menjelaskan mengapa proses itu kadang memberikan hasil yang tidak diharapkan. Pasteur membuktikan bahwa fermentasi terjadi hanya bila ada makhluk hidup kecil yang disebut mikroba. Bila ada mikroba yang cocok, akan diperoleh hasil yang diharapkan. Tapi mikroba yang tidak cocok akan membuat susu menjadi asam atau anggur menjadi pahit. Temuan Pasteur ini membantu terbentuknya cabang ilmu baru, "mikrobiologi".

Tahun 1857, Pasteur kembali ke Ecole Normale. Kali ini dia bukan mahasiswa, melainkan Direktur Kajian Ilmiah. Di sini dia melanjutkan penelitiannya mengenai mikroba.

Orang Yunani kuno percaya bahwa makhluk-makhluk hidup kecil seperti tikus, cacing, dan belatung berasal dari benda mati (seperti tepung yang membusuk, baju yang terkena keringat, atau daging yang membusuk). Keyakinan ini, bahwa benda hidup timbul dari benda yang tidak hidup, disebut pemunculan spontan. Gagasan bahwa belatung muncul sebagai makhluk hidup secara spontan dari daging yang membusuk, disanggah oleh ahli biologi berkebangsaan Itali, Francesco Redi tahun 1668. Daging yang ditutupi dengan kain kasa untuk mencegah lalat bertelur di atasnya, ternyata tidak memunculkan belatung. (Belatung adalah larva yang menetas dari telur lalat.)

Sekalipun gagasan tentang kemunculan belatung, tikus dan cacing secara spontan telah lama tidak diakui, tapi para ilmuwan tetap berpegang pada pemunculan spontan untuk hewan-hewan mikroskopis. Untuk menolak gagasan ini, Pasteur mendidihkan kaldu sampai semua mikrobanya mati. Dengan alat khusus, dia membiarkan udara bersirkulasi di atas kaldu, tapi mencegah mikroba di udara masuk ke dalamnya. Sebagaimana diharapkan oleh Pasteur, mikroba tidak terdapat di dalam kaldu. Temuan Pasteur menunjukkan bahwa mikroba tidak muncul spontan dari kaldu. Mikroba ditemukan dalam kaldu karena masuk bersama udara. Pasteur menunjukkan dengan jelas bahwa, bahkan bagi mikroba pun, kehidupan berasal dari kehidupan -- "Makhluk mikroskopis mesti berasal dari induk yang sama."[2]

Karya Pasteur seharusnya merupakan pukulan maut bagi gagasan pemunculan spontan. Namun, pemunculan spontan adalah bagian penting dari teori evolusi. Meskipun para ilmuwan evolusionis berusaha keras meyakinkan orang lain, tidak pernah ada orang yang melihat kasus pemunculan spontan. Temuan Pasteur bertentangan dengan gagasan pemunculan spontan (demikian pula hasil-hasil penelitian ilmiah dalam mikrobiologi selanjutnva). Sebagai konsekuensi temuannya, Pasteur menjadi penentang kuat teori Darwin.

PASTEURISASI
Sekarang Pasteur mempunyai pengertian teoretis yang baik tentang mikroba. Dia mencoba menerapkan temuannya pada masalah praktis untuk mencegah kerusakan anggur. Banyak keluarga yang mata pencahariannya tergantung pada industri anggur. Ekonomi Prancis juga sangat bergantung pada ekspor anggur. Oleh sebab itu, kerusakan anggur merupakan masalah penting.

Percobaan Pasteur berhasil dengan mengadakan sedikit perubahan pada proses yang dipakai untuk kaldu. Aroma anggur akan berubah jika dididihkan. Jadi, untuk membunuh sebagian besar mikroba tanpa mengubah aromanya anggur, dia panaskan secukupnya. Pendinginan membuat sisa mikroba tidak bisa berkembang biak. (Seperti dengan kaldu, perlu dijaga agar tidak ada mikroba baru yang masuk dariudara.)

Pasteur sangat gembira karena ternyata proses ini, selain mencegah susu menjadi asam, juga bisa mengawetkan banyak jenis makanan lain.

Seandainya Pasteur meminta hak paten untuk temuannya, dia pasti sudah kaya. Namun, dia membiarkan temuannya dimanfaatkan siapa saja. Proses ini dinamai "pasteurisasi" dan inilah satu-satunya penghargaan yang dia terima.

MEMBANTU INDUSTRI SUTRA
Pasteur kemudian diundang untuk membantu kelompok petani Prancis lain ketika industri sutra menghadapi krisis karena telur-telur ulat sutra terjangkit penyakit. Dia menunjukkan kepada para petani cara penggunaan mikroskop untuk mendeteksi telur-telur yang sakit. Telur-telur ini kemudian dimusnahkan sehingga tidak ada lagi penyakit di dalam pesemaian ulat sutra. Para petani sangat berterima kasih kepada Pasteur karena mata pencaharian mereka terselamatkan.

Sambil menyelesaikan masalah praktis ini, Pasteur terus berpikir untuk meletakkan dasar bagi teorinya yang berikut, yaitu gagasan bahwa banyak penyakit hewan dan manusia disebabkan kuman (mikroba yang berbahaya) yang masuk dan berkembang biak di dalam tubuh.

TEORI KUMAN
Teori kuman Pasteur disambut hangat oleh ahli bedah Inggris ternama, Joseph Lister. Lister mulai memakai metode bedah antiseptik tahun 1865. Dia menggunakan asam karbol untuk mencuci tangan, peralatan, dan pembalut yang dipakai dalam pembedahan. Dia juga menyemprot udara dalam ruangan dengan asam karbol untuk membunuh kuman-kuman di udara. Asam ini cukup kuat untuk membunuh kuman, tapi tidak merusak badan. Sebelum prosedur ini dipakai, kuman berkembang biak di dalam luka, dan menyebabkan banyak pasien bedah meninggal.

Dalam surat kepada Pasteur pada Februari 1874, Lister menyampaikan, "terima kasih karena hasil penelitian Anda yang cemerlang telah membuktikan kebenaran teori kuman. Anda telah melengkapi saya dengan asas yang bisa menjadi dasar penerapan sistem antiseptik. Ilmu bedah sangat berhutang kepada Anda."[3]

IMUNISASI
Selain mengilhami karya Lister, Pasteur juga memperluas karya seorang ilmuwan lain. Ahli fisika Inggris, Edward Jenner, menemukan bahwa orang yang terkena penyakit "cacar sapi" yang tidak berbahaya, ternyata kebal terhadap "cacar" yang mematikan. Kemudian dia mencoba memasukkan cacar yang ringan ke dalam tubuh manusia untuk melindunginya dari cacar yang mematikan itu. Proses ini disebutnya vaksinasi. Percobaan ini dilakukan Jenner dengan memanfaatkan vaksin yang terjadi secara alami. Dengan pengetahuannya tentang mikroba, Pasteur berupaya mengembangkan karya Jenner untuk menghasilkan vaksin buatan dengan cara melemahkan kuman penyakit yang mematikan itu.

Masalah ini sangat rumit, dan menuntut kesabaran, ketekunan serta kecermatan yang luar biasa. Ternyata Pasteur berhasil membuat vaksin untuk kolera ayam dan penyakit anthrax pada domba serta ternak. Namun, temuan ini harus lebih dulu didemonstrasikan di depan umum secara besar-besaran, sebelum kalangan dokter hewan yang skeptis mau menerimanya.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com